Thursday, January 31, 2008

Second Opinion

Lain padang lain belalang. Lain lubuk lain ikannya. Lain dokter lain diagnosanya..
Ah, apa iya seekstrim itu. Masa sih tiap dokter punya diagnosa yang berbeda? Nggak lah.
Tapi, kalau kita kurang yakin dengan kata pak atau bu dokter, apa salahnya bertanya ke dokter lain untuk minta pendapat kedua atau istilah kerennya “second opinion”, atau bahkan “third opinion”?
Kalau ingin minta pendapat kedua, tidak boleh terlalu lama jaraknya dengan saat memeriksakan diri ke dokter pertama, karena kalau agak lama, kondisi badan bisa berubah.
Kalau kita mencari pendapat kedua, lalu ternyata pendapat itu menguatkan pendapat yang pertama, kemungkinan besar berarti memang tak ada yang salah dengan pendapat mereka.
Yang repot kalau pendapat kedua berbeda dengan pendapat pertama. Bisa jadi ini berarti pendapat kedua benar dan pendapat pertama salah. Atau pendapat pertama benar dan pendapat kedua yang salah.

Kalau begini, bingung ya? Untuk mengatasi kebingungan itu bisa mencari pendapat ketiga. Kalau pendapat ketiga berbeda, bagaimana? Wah, tambah pusing… Tapi biasanya sih nggak sampai sebegitu memusingkannya.
Hari Rabu kemarin lusa (30 Januari 2008) mas Anu, rekan sekantor yang duduknya berdekatan denganku bercerita kalau ada benjolan kecil di dadanya.
“Di payudara, mas?” aku bertanya dengan tatapan tak berdosa.
“Bukaaannnn… di bawahnya,” jawabnya sambil memegang bagian yang dirasakan benjol.
Lalu ia bercerita. Kira-kira lima tahun yang lalu ia memeriksakan diri ke RS Kanker Dharmais.
“Dokter bilang ini ganas dan harus segera dioperasi,” katanya.
Tapi dia ragu. Lalu ia ke RS Pelni.
“Dokter di Pelni bilang, ini nggak apa-apa. Ini biasa. Ada beberapa laki-laki yang mempunyai benjolan seperti itu. Menurut saya, tidak perlu operasi. Tapi kalau memang saya disuruh mengoperasi, saya mau saja, kan dapat uang…,.” kata mas Anu.
“Maka saya nggak jadi operasi,” katanya.
Benjolan itu tidak membesar dan tidak sakit. Dan dia nggak pernah ke dokter lagi.
Tapi ketika ia melihat aku bersiap-siap hendak memeriksakan diri ke dokter, mas Anu yang tadinya sudah tenang kelihatan menjadi sedikit ragu.
“Apa saya perlu periksa lagi ke dokter ya?” ia menggumam.
Yach, daripada ragu-ragu, kalau menurut aku sih ya sebaiknya periksa saja, mencari “third opinion.”

1 comment:

Anonymous said...

Bulan lalu tanteku ke internis, dibilang harus cuci darah, besoknya dia ke rumah sakit yang lain eh katanya gak papa dan cuma dibilang perlu diet. Aneh banget gak sih?