Saturday, June 7, 2008

"Keajaiban" buah merah

Merah itu berani. Begitu kata bu guru ketika menjelaskan tentang arti warna merah dan putih bendera kebangsaan Indonesia. Merah yang satu ini juga berani. Berani melawan kanker, begitu kata orang.
Apa lagi kalau bukan buah merah asal Papua yang sempat membuat heboh karena dikabarkan memiliki khasiat luar biasa untuk menyembuhkan berbagai penyakit, termasuk kanker.
Akhir pekan lalu dalam perjalanan ke Bintan via Batam, aku mendapatkan cerita tentang "keajaiban" buah merah dari Tika. Saat Garuda terbang tinggi Tika menuturkan kisah nyata yang mencengangkan.
Ibu Tika yang tinggal di Klaten, Jawa Tengah, mempunyai keluhan pada matanya. Terjadi pembengkakan di sekitar mata yang kian lama kian membesar. Secara fisik, keadaan itu tampak menakutkan.
“Kalau ibu bicara, matanya kayak keluar masuk,” kata Tika.
Sekitar bulan Oktober tahun 2004, Ibu Tika diperiksa di RS Kanker Dharmais. "Dokter mengatakan bahwa ibu harus dioperasi saat itu juga.” Karena takut, ibu Tika tidak bersedia dioperasi dan memilih pengobatan alternatif.
Mula-mula ibu Tika pernah berobat di Jogja dan mencoba mengkonsumsi obat ramuan daun mahkota dewa yang juga diyakini manjur untuk melawan tumor atau kanker. Tapi ternyata tidak cocok karena penyakit ibu Tika menyerang mata.
Pilihan berikutnya jatuh pada buah merah. "Waktu itu banyak cerita tentang buah merah yang berkhasiat untukmenyembuhkan kanker,” kata Tika.
Sari buah merah ternyata sulit didapat. Mungkin karena permintaan pasar yang sangat tinggi menyusul gencarnya pemberitaan tentang buah merah sementara pasokan terbatas.
Tapi Tika tak kurang akal. Sebagai wartawan yang pandai bergaul, Tika banyak mengenal para petinggi. Salah satunya adalah Doddy yang ketika itu menjabat sebagai kapolda Papua. Dari Doddy, Tika berhasil mendapatkannya.
Ibu Tika minum empat botol sari buah merah dan hasilnya luar biasa. Dalam waktu setahun, kondisinya pulih..
Selain obat merah, ibu Tika juga pernah minum jamu dari “orang pintar” di Bandung atas saran kenalan Tika yg mantan orang kuat di Riau, Hoezrin Hoed.
“Di samping itu ibu juga menjalani pengobatan tusuk jari alias acupressure supaya tenang,” ia menambahkan. Bagaimana keadaan ibu Tika sekarang ini?
“Baik-baik saja,” kata Tika.
Ketika ditanya apakah sudah diperiksakan kembali ke RS Dharmais atau ke dokter lain, Tika segera menggelengkan kepala.
“Nggak ah, takut….”

1 comment:

Elyani said...

Mbak Sima,

Pengobatan herbal sifatnya cocok2an ya! Apa yang dirasa cocok oleh seseorang belum tentu reaksinya sama bagi orang lain. Mungkin penyakit yg diderita Ibunda Tika bukan kanker mata? Dokter kalau melihat benjolan tidak biasa ya maunya sih main operasi saja. Ada kejadian menarik di Inggris yg saya baca di Dailymail, tentang seorang pasien yg diduga keras menderita kanker paru2, kemudian satu paru2nya diangkat, namun akhirnya pasien tersebut tidak lama kemudian meninggal. Hasil biopsi dari paru2 yg diangkat ternyata tidak menunjukkan tanda keganasan (negative kanker). Yang begini ini dinegara maju sekalipun bisa terjadi, apalagi di Indonesia. Mudah2an saja penyakit Ibunda Tika sembuh selamanya. Mungkin saja si buah ajaib ada andil disini, who knows?