Saturday, May 28, 2011

Home Sweet Home

Setelah dirawat di RS Dharmais sejak tgl 19 April 2011, akhirnya kemarin, 27 Mei 2011, aku pulang ke rumah. Horee…. Senang sekali rasanya.

Aku sudah bersiap2 sejak dari jam 10 pagi. Tapi tunggu punya tunggu ambulan yg akan membawaku pulang tak kunjung datang. Akhirnya ambulan baru ada jam 14:00, alasannya karena pada pagi harinya mesti mengantar pasien ke RS Husada. Lho, kalo memang begitu, mbok ya ngomong dari kemarin, jangan menyanggupi untuk mengantarku pulang jam 10 pagi…

Ambulan diperlukan karena tulang belakangku masih rapuh setelah operasi. Jadi aku harus dibawa pulang dalam posisi tiduran.

Tiduran. Itulah kegiatan yang banyak mewarnai hidupku sekarang. Kalau dulu jarang tiduran di pagi, siang, dan sore hari, belakangan ini boleh dibilang sering sekali aku tergolek di ranjang.

Bukannya mau bermalas-malasan, tetapi bagian bawah tubuhku tidak dapat digerakkan gara2 penekanan pada syaraf di tulang sumsum.

Aku boleh duduk, di pinggir ranjang atau di kursi roda. Tapi harus memakai brace, semacam korset yg sangat tidak nyaman rasanya. Bahkan cenderung menyakitkan.Brace ini harus dipakai selama paling sedikit 3 bulan. Aduh, mana tahan...

Aku tidak dapat duduk sendiri. Untung ada Natem, perawat yg selalu menemaniku sejak aku sakit. Ia juga bertindak sebagai terapis, setiap pagi dan sore menggerak2kan ke dua kakiku. Kalau tidak digerakkkan, makin lama bisa makin mengecil.

Natem membantuku duduk. Tetapi kalau akan pindah ke kursi roda, diperlukan paling tidak 2 orang untuk mengangkatku dan satu orang menjaga agar proses berjalan mulus. Tadinya aku dianjurkan agar belajar mandiri dengan berusaha pindah ke kursi roda dengan cara ”ngesot” dan bertumpu pada kekuatan tangan.

Eh, belakangan mereka baru sadar kalau tumor juga terdapat pada tulang bahu, sehingga aku nggak boleh banyak menggunakan tenaga tangan.

Meskipun bagian bawah tubuhku lumpuh, aku masih bersyukur karena organ tubuh dari dada ke atas masih berfungsi dengan baik. Bayangkan kalau yg terjadi adalah kebalikannya...

Selain itu patut disyukuri bahwa otak kita terletak di kepala... bukan di dengkul..

Yang jadi pertanyaan adalah, apakah kaki yg lumpuh dapat kembali normal?

”Kemungkinan itu selalu ada. Tapi kita tak mau muluk2. Targetnya adalah, keluar dari RS, dapat duduk di kursi roda,” kata bu dokter ketika itu.

Hidup di atas kursi roda bakal merupakan jalan yg harus aku tempuh. Berat. Tapi mau ga mau ya harus dijalani dengan lapang dada. Nggak boleh sambil marah2 atau nangis2 karena akibatnya malah bisa stress.

Mudah2an aku bisa menjalaninya dengan tabah.

7 comments:

Rini said...

Dear Sima,
rasanya tak ada lagi kata2 hiburan yg dapat ditulis, meski sekedar basa-basi. Aku sedih banget membaca kondisimu...(perlu menarik nafas panjang berkali-kali sebelum menulis comment ini). Akhir2 ini kecemasan mulai merayapi pikiranku, terutama terkait prognosa kita ke depan. Tapi apapun yg akan terjadi...kita tetap harus hadapi dg semangat juang tinggi...dan tentu saja (seperti resep Sima) "dengan lapang dada".

Sima, sdh baca buku "The Miracle of Endorphin"? kalau belum, biar sy kirimkan untukmu.

Salam,

sima said...

hi Rini..
trims ya untuk tanggapannya.
wajar kalau ada rasa cemas. tapi betul kata Rini,apa pun yg terjadi, kita harus hadapi dan jalani dengan semangat juang tinggi.

aku blm baca buku itu. trims ya, Rini, jangan repot2.... saat ini ada puluhan buku yang mengantre untuk dibaca. selama aku diopname, teman2 banyak yg memberi buku, selain dukungan lain, terutama doa.

Anonymous said...

Dear Ibu Sima,

Dengan segala kerendahan hati, saya mohon maaf tidak bisa menemani ibu latihan di hari hari terakhir sebelum ibu pulang, karena ada keperluan dinas lain di Yogya. Alhasil, kita ga ada farewell party jadinya :)

Saya berharap, semoga "bekal" latihan yang kami berikan bisa bermanfaat untuk membantu aktivitas Ibu di rumah. Dan tetep dijaga SEMANGATnya ya Ibu, karena sangat jarang kami temui "teman sejawat" ibu yang punya spirit seperti Ibu .

Kalau ada yang pingin ditanyakan, Ibu tahu dimana bisa menghubungi saya, dan saya akan sangat senang bisa membantu.

Have a very good days with your family...

Occupational Therapist of yours,
Buwana :)

yik said...

Mbak Sima, welcome home and welcome back to the www :) Siapa lagi yg menemani di rumah selain Natem? Take care & tetap semangat ya mbak.

Between Lines said...

Sima, syukur udah bisa pulang ke rumah sehat. Aku yakin kamu bisa tabah dan kuat. Aku doakan dari jauh biar kamu tetap semangat dan kuat. Big hugs.

Sofia said...

Dear Sima,

Maaf, baru baru berkunjung ke blogmu ini, dapat tautannya dari Lenah.

Selamat tiba kembali di rumah, yang tentu lebih nyaman daripada di RS, bukan?

Doa kami di HPI dan Bahtera selalu menyertai Sima, semoga kondisi Sima selalu membaik setiap hari.
Selamat beraktivitas sebisanya, dan saya tahu semangat Sima selalu tinggi.

salam sayang,
sofia

sima said...

@yik, trims ya, ada tuh sodara yg turut jagain. selain itu ada juga Tuhan Yesus :)
semangat itu so pasti....

@lenah, doamu manjur sekali. aku merasa semangat. belum kuat seperti gatotkaca dg otot kawat balung wesi.. masih berusaha pelan2.
@ibu Sofia, betuuull tinggal di rumah memang lebih nyaman daripada di rumah sakit.
trims atas doanya dan salam untuk rekan2 HPI dan Bahtera.